Minggu, 17 Januari 2010

Kamus Dialek Betawi Diluncurkan


Khazanah kebudayaan Betawi, ternyata tak hanya sekadar kesenian, kuliner, dan tradisi yang diteruskan secara temurun dari generasi ke generasi. Dialek Betawi yang sudah lazim digunakan ternyata salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan. Agar dialek Betawi tidak tergerus zaman, kini diluncurkan kamus dialek Betawi yang diresmikan langsung Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Kamis (23/7) sore. Kamus ini diharap menjadi khazanah baru memperkenalkan kehidupan warga Betawi dan menambah kebudayaan dialek yang cukup beraneka ragam di Jakarta.

Peluncuran kamus dialek Betawi ini karena dalam 33 tahun perjalanan Jakarta banyak dialek yang berkembang. Terakhir kamus ungkapan dan dialek Betawi diterbitkan pada 1974. Kamus Dialek Jakarta yang baru diluncurkan ini merupakan edisi revisi dari terbitan sebelumnya.

Untuk menulis Kamus Dialek Betawi setebal 532 halaman dan Kamus Ungkapan dan Peribahasa Betawi setebal 166 halaman, Abdul Chaer, penulis buku yang juga putra Betawi, melakukan observasi langsung ke daerah pinggiran Bogor dan Bekasi. Penulis juga bergabung di warung kopi untuk menemukan kata baru. Dalam Kamus Dialek Jakarta terdapat 1.000 entri kosakata baru yang ditambahkan.

Beberapa kosakata baru yang dimasukkan seperti, Mateliur yang berarti senapan mesin, lalu Mbaplang berarti bentuk telinga yang lebar, Meg yang dapat dijelaskan sebagai perasaan mual. Incig Incig artinya berlari-lari kecil tanpa alas kaki atau Bluwek yang artinya lusuh.

Ungkapan lainnya, aer mata darah yang berarti sangat sedih, Cekiber Ngorag Puun yang artinya pekerjaan yang sangat tidak berarti. Gaji Tinggal Amplop Kosong yang artinya menerima gaji namun dihabiskan untuk membayar utang atau pinjaman. Selanjutnya, Jadi Bumi Rate atau meninggal atau Radio Dengkul yang artinya berita bohong. Rencananya, Kamus Dialek Jakarta serta Kamus Ungkapan dan Peribahasa Betawi dijual dalam satu paket seharga Rp 130 ribu. Pada saat peluncuran kedua buku dapat dibeli seharga Rp 84 ribu dan selama acara buku telah terjual 50 eksemplar.

Sebagai putra Betawi, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengaku senang dengan peluncuran buku tersebut. Setelah buku tersebut memenuhi pasaran, diharapkan semakin banyak pihak yang menerbitkan literatur tentang budaya dan bahasa Betawi. “Ini menandakan yang peduli terhadap kebudayaan Betawi cenderung meningkat,” katanya saat acara peresmian peluncuran buku Kamus Dialek Jakarta dan Kamus Ungkapan dan Peribahasa Betawi karangan Abdul Chaer di Balaikota DKI, Jakarta, Kamis (23/7).

Diterbitkannya dua buku ini, sambungnya, merupakan suatu kerja keras putra Betawi yang memberikan manfaat tidak hanya bagi putera-puteri Betawi, tetapi juga dapat bermanfaat bagi seluruh warga Jakarta bahkan bangsa Indonesia. Hal ini juga menandakan, kebudayaan Betawi telah menjadi subjek kebudayaan yang menarik perhatian dan unik yang tetap harus dipertahankan.

Tidak hanya itu, kedua kamus ini bisa menjadi literatur di berbagai universitas dan referensi dalam muatan lokal di sekolah. Penelitian terhadap bahasa Betawi, diharapkannya jangan hanya sebagai bahan penelitian yang teronggok di perpustakaan namun dipublikasikan secara massif sehingga pembacanya pun semakin banyak. Mengapa demikian? karena bahasa Betawi juga banyak dipakai sebagai bahasa gaul karena luwes dan merakyat. “Saya gembira dialek Jakarta atau Betawi menjadi trademark di ibu kota ini,” ujarnya.

Direktur Betawi Foundation, Beky Mardani, menjelaskan, kedua kamus itu bisa menjadi referensi masyarakat mengetahui bahasa Betawi. Tidak hanya di kalangan pendidik, masyarakat umum, media, dan rumah produksi. “Sinetron sekarang kan banyak yang berbahasa Betawi,” kata Beky. Di kalangan pendidik, kamus ini dapat menjadi buku acuan dalam mata pelajaran bahasa.

Beky mengakui, banyak masyarakat Betawi dari kalangan muda yang tidak mengetahui bahasa ibu mereka. Mereka hanya mendengar namun tidak bisa menjelaskan secara ditail. Karena itu, Beky mengharapkan jangan sampai kalangan Betawi kehilangan jati dirinya.

Ketua III Badan Musyawarah (Bamus) Betawi ini menambahkan, kalau kamus ini adalah cara untuk melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kamus ini juga menggambarkan keanekaan dan kekayaan tradisi budaya masyarakat Jakarta. “Sehingga ada jembatan antara kaum Betawi muda dan lama. Akibatnya timbul pengertian untuk pelestarian budaya Betawi,” tandasnya.


Sumber :
beritajakarta.com dalam :
http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/component/content/article/547-kamus-dialek-betawi-diluncurkan
25 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar